ANALISIS DATA
1. Distribusi
Frekuensi Tunggal
Menurut Anas Sudjiono (2006:39), table distribusi
frekuensi data tunggal adalah salah satu jenis table statistik yang didalamnya
disajikan frekuensi dari data angka; angka yang ada itu tidak dikelompok-kelompokan.
Data
tunggal seringkali dinyatakan dalam bentuk daftar bilangan, namun kadangkala
dinyatakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi
tunggal merupakan cara untuk menyusun data yang relatif sedikit. Perhatikan
contoh data berikut.
5, 4, 6, 7, 8, 8, 6, 4,
8, 6, 4, 6, 6, 7, 5, 5, 3, 4, 6, 6
8, 7, 8, 7, 5, 4, 9, 10, 5, 6, 7, 6, 4, 5, 7, 7, 4, 8, 7, 6
8, 7, 8, 7, 5, 4, 9, 10, 5, 6, 7, 6, 4, 5, 7, 7, 4, 8, 7, 6
Contoh
soal :
Berikut
ini data banyaknya anak dari 50 orang pegawai PT FGH.

Data
banyaknya anak dari 50 orang pegawai PT FGH
Buatlah
daftar distribusi frekuensi tunggal dari data tersebut.
Penyelesaian:
Berdasarkan
data tersebut, terlihat bahwa 4 keluarga tidak mempunyai anak, 13 keluarga
mempunyai 1 anak, dan seterusnya. Selanjutnya, data tersebut disajikan dalam
daftar distribusi frekuensi, seperti Tabel berikut.

Tabel
distribusi Frekuensi Tunggal
2. Distribusi Frekuensi Bergolong (kelompok)
Anas
Sudjiono (2006:40) menjelaskan, table distribusi frekuensi data berkelompok
adalah salah satu jenis table statistic yang didalamnya disajikan pencaran
frekuensi dari angka, di mana angka-angka tersebut dikelompok-kelompokkan.
Tabel distribusi
frekuensi bergolong biasa digunakan untuk menyusun data yang memiliki kuantitas
yang besar dengan mengelompokkan ke dalam interval-interval kelas yang sama
panjang.
Langkah-langkah membuat tabel distribusi
frekuensi kelompok adalah sebagai berikut.
Langkah
1. Jangkauan data (j)
ditentukan, yaitu datum terbesar dikurangi datum terkecil.
Langkah
2.Tentukan banyaknya
kelas interval (k) yang diperlukan. Kelas interval adalah selang interval
tertentu yang membagi data menjadi beberapa kelompok. Biasanya seorang peneliti
harus mempertimbangkan banyaknya kelas interval. Umum nya, paling sedikit 4
kelas interval sampai paling banyak 20 kelas interval. Tetapi perlu diingat
bahwa tabel distribusi kelompok digunakan untuk mengungkap atau menekankan pola
dari kelompok. Terlalu sedikit atau terlalu banyak kelas interval akan
mengaburkan pola yang ada. Jadi, peneliti yang harus menentukan. Namun, ada
suatu cara yang ditemukan oleh H. A. Sturges pada tahun 1926, yaitu dengan
rumus:
H. A. Sturges interval k dengan :
k = banyak kelas berupa bilangan bulat, dan
n = banyaknya data.
Misalkan, n = 90 maka banyaknya kelas: k
= 1 + 3,3 log 90 = 1 + 3,3 [1,9542] = 7,449.Oleh karena k harus bilangan bulat,
banyaknya kelas adalah 7 atau 8.
Urutan kelas interval dimulai dari
datum terkecil yang disusun hingga datum terbesar.
Langkah
3.Panjang kelas interval
(p) ditentukan dengan persamaan:
Panjang kelas interval (p)
Nilai p harus disesuaikan dengan
ketelitian data. Jika data teliti sampai satuan, nilai p juga harus satuan. p
juga harus teliti sampai satu desimal.
Turus (tally) adalah cara mudah
menghitung frekuensi. Banyak kelas biasanya diambil paling sedikit 5 kelas dan
paling banyak 20 kelas.
Untuk data yang ketelitiannya
hingga satu tempat desimal.

Langkah
4. Batas kelas interval
(batas bawah dan batas atas) ditentu kan. Batas bawah kelas pertama bisa
diambil sama dengan nilai datum terkecil atau nilai yang lebih kecil dari datum
terkecil. Akan tetapi, selisih batas bawah dan batas atas harus kurang dari
panjang kelas. Secara umum, bilangan di sebelah kiri dari bentuk a – b, yaitu a
disebut batas bawah dan bilangan di sebelah kanannya, yaitu b disebut batas
atas.
Secara konvensional, batas bawah
kelas dipilih sebagai kelipatan dari panjang kelas, namun ada juga yang memilih
batas atas kelas sebagai kelipatan dari panjang kelas.
Langkah
5. Batas bawah nyata dan
batas atas nyata ditentukan. Batas bawah nyata disebut juga tepi bawah dan
batas atas nyata disebut juga tepi atas. Definisi tepi bawah dan tepi atas
adalah sebagai berikut.
Jika data teliti hingga satuan
maka:
tepi bawah = batas bawah – 0,5 dan
tepi atas = batas atas + 0,5
Jika data teliti hingga satu tempat
desimal maka:
tepi bawah = batas bawah – 0,05 dan
tepi atas = batas atas + 0,05
Jika data teliti hingga dua tempat
desimal maka:
tepi bawah = batas bawah – 0,005 dan
tepi atas = batas atas + 0,005
Langkah
6. Frekuensi dari setiap
kelas interval ditentukan. Dalam hal ini turusnya ditentukan terlebih dahulu.
Langkah
7. Titik tengah interval
(mid point) ditentukan. Titik tengah atau nilai tengah disebut juga dengan
istilah tanda kelas (class mark), yaitu nilai rataan antara batas bawah dan
batas atas pada suatu kelas interval. Titik tengah dianggap sebagai wakil dari
nilai-nilai datum yang termasuk dalam suatu kelas interval. Titik tengah
dirumuskan oleh:
Titik tengah interval
Contoh
soal :
1.
Perhatikan
contoh data hasil nilai pengerjaan tugas Matematika dari 40 siswa kelas XI
berikut ini.
66 75 74 72 79 78 75 75 79 71
75 76 74 73 71 72 74 74 71 70
74 77 73 73 70 74 72 72 80 70
73 67 72 72 75 74 74 68 69 80
Apabila data di atas dibuat dengan
menggunakan tabel distribusi frekuensi tunggal, maka penyelesaiannya akan
panjang sekali.
Oleh karena itu dibuat tabel distribusi
frekuensi bergolong dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Mengelompokkan ke dalam interval-interval
kelas yang sama panjang, misalnya 65 – 67, 68 – 70, … , 80 – 82. Data 66 masuk
dalam kelompok 65 – 67.
b.
Membuat
turus (tally), untuk menentukan sebuah nilai termasuk ke dalam kelas yang mana.
c. Menghitung banyaknya turus pada setiap
kelas, kemudian menuliskan banyaknya turus pada setiap kelas sebagai frekuensi
data kelas tersebut. Tulis dalam kolom frekuensi.
d.
Ketiga
langkah di atas direpresentasikan pada tabel berikut ini.

Istilah-istilah yang banyak digunakan dalam pembahasan distribusi frekuensi bergolong atau distribusi frekuensi berkelompok antara lain sebagai berikut.
a. Interval Kelas

Istilah-istilah yang banyak digunakan dalam pembahasan distribusi frekuensi bergolong atau distribusi frekuensi berkelompok antara lain sebagai berikut.
a. Interval Kelas
Tiap-tiap kelompok
disebut interval kelas atau sering disebut interval atau kelas saja. Dalam
contoh sebelumnya memuat enam interval ini.
65 – 67 → Interval kelas pertama
68 – 70 → Interval kelas kedua
71 – 73 → Interval kelas ketiga
74 – 76 → Interval kelas keempat
77 – 79 → Interval kelas kelima
80 – 82 → Interval kelas keenam
65 – 67 → Interval kelas pertama
68 – 70 → Interval kelas kedua
71 – 73 → Interval kelas ketiga
74 – 76 → Interval kelas keempat
77 – 79 → Interval kelas kelima
80 – 82 → Interval kelas keenam
b. Batas Kelas
Berdasarkan tabel
distribusi frekuensi di atas, angka 65, 68, 71, 74, 77, dan 80 merupakan batas
bawah dari tiap-tiap kelas, sedangkan angka 67, 70, 73, 76, 79, dan 82
merupakan batas atas dari tiap-tiap kelas.
c. Tepi Kelas (Batas Nyata Kelas)
Untuk mencari tepi kelas dapat dipakai rumus berikut ini.
Tepi bawah = batas bawah – 0,5
Tepi atas = batas atas + 0,5
Dari tabel di atas maka tepi bawah kelas pertama 64,5 dan tepi atasnya 67,5, tepi bawah kelas kedua 67,5 dan tepi atasnya 70,5 dan seterusnya.
Untuk mencari tepi kelas dapat dipakai rumus berikut ini.
Tepi bawah = batas bawah – 0,5
Tepi atas = batas atas + 0,5
Dari tabel di atas maka tepi bawah kelas pertama 64,5 dan tepi atasnya 67,5, tepi bawah kelas kedua 67,5 dan tepi atasnya 70,5 dan seterusnya.
d. Lebar kelas
Untuk mencari lebar kelas dapat dipakai rumus:
Lebar kelas = tepi atas – tepi bawah
Jadi, lebar kelas dari tabel diatas adalah 67,5 – 64,5 = 3.
Untuk mencari lebar kelas dapat dipakai rumus:
Lebar kelas = tepi atas – tepi bawah
Jadi, lebar kelas dari tabel diatas adalah 67,5 – 64,5 = 3.
e. Titik Tengah
2.
Berikut adalah nilai ujian yang
sudah diurutkan:
35
38 43 48
49 51 56
59 60 60
61
63 63 63
65 66 67
67 68 70
70
70 70 71
71 71 72
72 72 73
73
74 74 74
74 75 75
76 76 77
78
79 79 80
80 80 80
81 81 81
82
82 83 83
83 84 85
86 86 87
88
88 88 88
89 90 90
90 91 91
91
92 92 93
93 93 95
97 98 99
Penyelesaian :
1. Range:
[nilai tertinggi – nilai
terendah] = 99 – 35 = 64
2. Banyak
Kelas:
Tentukan banyak kelas yang diinginkan.
Apabila kita lihat nilai Range = 64, mungkin banyak kelas
sekitar 6 atau 7.
Sebagai latihan, kita gunakan
aturan Sturges.
banyak kelas = 1 + 3.3 x log(n)
= 1 + 3.3 x log(80)
= 7.28 ≈ 7
3. Panjang
Kelas:
Panjang Kelas = [range]/[banyak kelas]
= 64/7
= 9.14 ≈ 10
(untuk memudahkan dalam
penyusunan TDF)
4. Tentukan nilai batas bawah kelas
pada kelas pertama.
Nilai ujian terkecil = 35
Penentuan nilai batas bawah kelas bebas
saja,
asalkan nilai terkecil masih masuk ke dalam
kelas tersebut.
Dari prosedur di atas, kita dapat info sebagai
berikut:
Banyak kelas : 7
Panjang kelas : 10
Batas bawah kelas : 31
Tabel berikut merupakan tabel
yang sudah dilengkap
|
Kelas ke-
|
Nilai Ujian
|
Batas Kelas
|
Frekuensi
(fi) |
|
1
|
31 – 40
|
30.5 – 40.5
|
2
|
|
2
|
41 – 50
|
40.5 – 50.5
|
3
|
|
3
|
51 – 60
|
50.5 – 60.5
|
5
|
|
4
|
61 – 70
|
60.5 – 70.5
|
13
|
|
5
|
71 – 80
|
70.5 – 80.5
|
24
|
|
6
|
81 – 90
|
80.5 – 90.5
|
21
|
|
7
|
91 – 100
|
90.5 – 100.5
|
12
|
|
Jumlah
|
80
|
atau dalam bentuk yang lebih
ringkas:
|
Kelas ke-
|
Nilai Ujian
|
Frekuensi
(fi) |
|
1
|
31 – 40
|
2
|
|
2
|
41 – 50
|
3
|
|
3
|
51 – 60
|
5
|
|
4
|
61 – 70
|
13
|
|
5
|
71 – 80
|
24
|
|
6
|
81 – 90
|
21
|
|
7
|
91 – 100
|
12
|
|
Jumlah
|
80
|
Irianto
,Agus.(2004) Statistic: Konsep Dasar dan
Aplikasinya. Jakarta, Kencana.
Sudjiono,Anas.(2000).
Pengantar Statistic Pendidikan. Jakarta,
PT Raja Grafindo Persada.
ANALISIS DATA
1. Distribusi
Frekuensi Tunggal
Menurut Anas Sudjiono (2006:39), table distribusi
frekuensi data tunggal adalah salah satu jenis table statistik yang didalamnya
disajikan frekuensi dari data angka; angka yang ada itu tidak dikelompok-kelompokan.
Data
tunggal seringkali dinyatakan dalam bentuk daftar bilangan, namun kadangkala
dinyatakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi
tunggal merupakan cara untuk menyusun data yang relatif sedikit. Perhatikan
contoh data berikut.
5, 4, 6, 7, 8, 8, 6, 4,
8, 6, 4, 6, 6, 7, 5, 5, 3, 4, 6, 6
8, 7, 8, 7, 5, 4, 9, 10, 5, 6, 7, 6, 4, 5, 7, 7, 4, 8, 7, 6
8, 7, 8, 7, 5, 4, 9, 10, 5, 6, 7, 6, 4, 5, 7, 7, 4, 8, 7, 6
Contoh
soal :
Berikut
ini data banyaknya anak dari 50 orang pegawai PT FGH.

Data
banyaknya anak dari 50 orang pegawai PT FGH
Buatlah
daftar distribusi frekuensi tunggal dari data tersebut.
Penyelesaian:
Berdasarkan
data tersebut, terlihat bahwa 4 keluarga tidak mempunyai anak, 13 keluarga
mempunyai 1 anak, dan seterusnya. Selanjutnya, data tersebut disajikan dalam
daftar distribusi frekuensi, seperti Tabel berikut.

Tabel
distribusi Frekuensi Tunggal
2. Distribusi Frekuensi Bergolong (kelompok)
Anas
Sudjiono (2006:40) menjelaskan, table distribusi frekuensi data berkelompok
adalah salah satu jenis table statistic yang didalamnya disajikan pencaran
frekuensi dari angka, di mana angka-angka tersebut dikelompok-kelompokkan.
Tabel distribusi
frekuensi bergolong biasa digunakan untuk menyusun data yang memiliki kuantitas
yang besar dengan mengelompokkan ke dalam interval-interval kelas yang sama
panjang.
Langkah-langkah membuat tabel distribusi
frekuensi kelompok adalah sebagai berikut.
Langkah
1. Jangkauan data (j)
ditentukan, yaitu datum terbesar dikurangi datum terkecil.
Langkah
2.Tentukan banyaknya
kelas interval (k) yang diperlukan. Kelas interval adalah selang interval
tertentu yang membagi data menjadi beberapa kelompok. Biasanya seorang peneliti
harus mempertimbangkan banyaknya kelas interval. Umum nya, paling sedikit 4
kelas interval sampai paling banyak 20 kelas interval. Tetapi perlu diingat
bahwa tabel distribusi kelompok digunakan untuk mengungkap atau menekankan pola
dari kelompok. Terlalu sedikit atau terlalu banyak kelas interval akan
mengaburkan pola yang ada. Jadi, peneliti yang harus menentukan. Namun, ada
suatu cara yang ditemukan oleh H. A. Sturges pada tahun 1926, yaitu dengan
rumus:
H. A. Sturges interval k dengan :
k = banyak kelas berupa bilangan bulat, dan
n = banyaknya data.
Misalkan, n = 90 maka banyaknya kelas: k
= 1 + 3,3 log 90 = 1 + 3,3 [1,9542] = 7,449.Oleh karena k harus bilangan bulat,
banyaknya kelas adalah 7 atau 8.
Urutan kelas interval dimulai dari
datum terkecil yang disusun hingga datum terbesar.
Langkah
3.Panjang kelas interval
(p) ditentukan dengan persamaan:
Panjang kelas interval (p)
Nilai p harus disesuaikan dengan
ketelitian data. Jika data teliti sampai satuan, nilai p juga harus satuan. p
juga harus teliti sampai satu desimal.
Turus (tally) adalah cara mudah
menghitung frekuensi. Banyak kelas biasanya diambil paling sedikit 5 kelas dan
paling banyak 20 kelas.
Untuk data yang ketelitiannya
hingga satu tempat desimal.

Langkah
4. Batas kelas interval
(batas bawah dan batas atas) ditentu kan. Batas bawah kelas pertama bisa
diambil sama dengan nilai datum terkecil atau nilai yang lebih kecil dari datum
terkecil. Akan tetapi, selisih batas bawah dan batas atas harus kurang dari
panjang kelas. Secara umum, bilangan di sebelah kiri dari bentuk a – b, yaitu a
disebut batas bawah dan bilangan di sebelah kanannya, yaitu b disebut batas
atas.
Secara konvensional, batas bawah
kelas dipilih sebagai kelipatan dari panjang kelas, namun ada juga yang memilih
batas atas kelas sebagai kelipatan dari panjang kelas.
Langkah
5. Batas bawah nyata dan
batas atas nyata ditentukan. Batas bawah nyata disebut juga tepi bawah dan
batas atas nyata disebut juga tepi atas. Definisi tepi bawah dan tepi atas
adalah sebagai berikut.
Jika data teliti hingga satuan
maka:
tepi bawah = batas bawah – 0,5 dan
tepi atas = batas atas + 0,5
Jika data teliti hingga satu tempat
desimal maka:
tepi bawah = batas bawah – 0,05 dan
tepi atas = batas atas + 0,05
Jika data teliti hingga dua tempat
desimal maka:
tepi bawah = batas bawah – 0,005 dan
tepi atas = batas atas + 0,005
Langkah
6. Frekuensi dari setiap
kelas interval ditentukan. Dalam hal ini turusnya ditentukan terlebih dahulu.
Langkah
7. Titik tengah interval
(mid point) ditentukan. Titik tengah atau nilai tengah disebut juga dengan
istilah tanda kelas (class mark), yaitu nilai rataan antara batas bawah dan
batas atas pada suatu kelas interval. Titik tengah dianggap sebagai wakil dari
nilai-nilai datum yang termasuk dalam suatu kelas interval. Titik tengah
dirumuskan oleh:
Titik tengah interval
Contoh
soal :
1.
Perhatikan
contoh data hasil nilai pengerjaan tugas Matematika dari 40 siswa kelas XI
berikut ini.
66 75 74 72 79 78 75 75 79 71
75 76 74 73 71 72 74 74 71 70
74 77 73 73 70 74 72 72 80 70
73 67 72 72 75 74 74 68 69 80
Apabila data di atas dibuat dengan
menggunakan tabel distribusi frekuensi tunggal, maka penyelesaiannya akan
panjang sekali.
Oleh karena itu dibuat tabel distribusi
frekuensi bergolong dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Mengelompokkan ke dalam interval-interval
kelas yang sama panjang, misalnya 65 – 67, 68 – 70, … , 80 – 82. Data 66 masuk
dalam kelompok 65 – 67.
b.
Membuat
turus (tally), untuk menentukan sebuah nilai termasuk ke dalam kelas yang mana.
c. Menghitung banyaknya turus pada setiap
kelas, kemudian menuliskan banyaknya turus pada setiap kelas sebagai frekuensi
data kelas tersebut. Tulis dalam kolom frekuensi.
d.
Ketiga
langkah di atas direpresentasikan pada tabel berikut ini.

Istilah-istilah yang banyak digunakan dalam pembahasan distribusi frekuensi bergolong atau distribusi frekuensi berkelompok antara lain sebagai berikut.
a. Interval Kelas

Istilah-istilah yang banyak digunakan dalam pembahasan distribusi frekuensi bergolong atau distribusi frekuensi berkelompok antara lain sebagai berikut.
a. Interval Kelas
Tiap-tiap kelompok
disebut interval kelas atau sering disebut interval atau kelas saja. Dalam
contoh sebelumnya memuat enam interval ini.
65 – 67 → Interval kelas pertama
68 – 70 → Interval kelas kedua
71 – 73 → Interval kelas ketiga
74 – 76 → Interval kelas keempat
77 – 79 → Interval kelas kelima
80 – 82 → Interval kelas keenam
65 – 67 → Interval kelas pertama
68 – 70 → Interval kelas kedua
71 – 73 → Interval kelas ketiga
74 – 76 → Interval kelas keempat
77 – 79 → Interval kelas kelima
80 – 82 → Interval kelas keenam
b. Batas Kelas
Berdasarkan tabel
distribusi frekuensi di atas, angka 65, 68, 71, 74, 77, dan 80 merupakan batas
bawah dari tiap-tiap kelas, sedangkan angka 67, 70, 73, 76, 79, dan 82
merupakan batas atas dari tiap-tiap kelas.
c. Tepi Kelas (Batas Nyata Kelas)
Untuk mencari tepi kelas dapat dipakai rumus berikut ini.
Tepi bawah = batas bawah – 0,5
Tepi atas = batas atas + 0,5
Dari tabel di atas maka tepi bawah kelas pertama 64,5 dan tepi atasnya 67,5, tepi bawah kelas kedua 67,5 dan tepi atasnya 70,5 dan seterusnya.
Untuk mencari tepi kelas dapat dipakai rumus berikut ini.
Tepi bawah = batas bawah – 0,5
Tepi atas = batas atas + 0,5
Dari tabel di atas maka tepi bawah kelas pertama 64,5 dan tepi atasnya 67,5, tepi bawah kelas kedua 67,5 dan tepi atasnya 70,5 dan seterusnya.
d. Lebar kelas
Untuk mencari lebar kelas dapat dipakai rumus:
Lebar kelas = tepi atas – tepi bawah
Jadi, lebar kelas dari tabel diatas adalah 67,5 – 64,5 = 3.
Untuk mencari lebar kelas dapat dipakai rumus:
Lebar kelas = tepi atas – tepi bawah
Jadi, lebar kelas dari tabel diatas adalah 67,5 – 64,5 = 3.
e. Titik Tengah
2.
Berikut adalah nilai ujian yang
sudah diurutkan:
35
38 43 48
49 51 56
59 60 60
61
63 63 63
65 66 67
67 68 70
70
70 70 71
71 71 72
72 72 73
73
74 74 74
74 75 75
76 76 77
78
79 79 80
80 80 80
81 81 81
82
82 83 83
83 84 85
86 86 87
88
88 88 88
89 90 90
90 91 91
91
92 92 93
93 93 95
97 98 99
Penyelesaian :
1. Range:
[nilai tertinggi – nilai
terendah] = 99 – 35 = 64
2. Banyak
Kelas:
Tentukan banyak kelas yang diinginkan.
Apabila kita lihat nilai Range = 64, mungkin banyak kelas
sekitar 6 atau 7.
Sebagai latihan, kita gunakan
aturan Sturges.
banyak kelas = 1 + 3.3 x log(n)
= 1 + 3.3 x log(80)
= 7.28 ≈ 7
3. Panjang
Kelas:
Panjang Kelas = [range]/[banyak kelas]
= 64/7
= 9.14 ≈ 10
(untuk memudahkan dalam
penyusunan TDF)
4. Tentukan nilai batas bawah kelas
pada kelas pertama.
Nilai ujian terkecil = 35
Penentuan nilai batas bawah kelas bebas
saja,
asalkan nilai terkecil masih masuk ke dalam
kelas tersebut.
Dari prosedur di atas, kita dapat info sebagai
berikut:
Banyak kelas : 7
Panjang kelas : 10
Batas bawah kelas : 31
Tabel berikut merupakan tabel
yang sudah dilengkap
|
Kelas ke-
|
Nilai Ujian
|
Batas Kelas
|
Frekuensi
(fi) |
|
1
|
31 – 40
|
30.5 – 40.5
|
2
|
|
2
|
41 – 50
|
40.5 – 50.5
|
3
|
|
3
|
51 – 60
|
50.5 – 60.5
|
5
|
|
4
|
61 – 70
|
60.5 – 70.5
|
13
|
|
5
|
71 – 80
|
70.5 – 80.5
|
24
|
|
6
|
81 – 90
|
80.5 – 90.5
|
21
|
|
7
|
91 – 100
|
90.5 – 100.5
|
12
|
|
Jumlah
|
80
|
atau dalam bentuk yang lebih
ringkas:
|
Kelas ke-
|
Nilai Ujian
|
Frekuensi
(fi) |
|
1
|
31 – 40
|
2
|
|
2
|
41 – 50
|
3
|
|
3
|
51 – 60
|
5
|
|
4
|
61 – 70
|
13
|
|
5
|
71 – 80
|
24
|
|
6
|
81 – 90
|
21
|
|
7
|
91 – 100
|
12
|
|
Jumlah
|
80
|
Irianto
,Agus.(2004) Statistic: Konsep Dasar dan
Aplikasinya. Jakarta, Kencana.
Sudjiono,Anas.(2000).
Pengantar Statistic Pendidikan. Jakarta,
PT Raja Grafindo Persada.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar